Tuesday, March 17, 2009

Masih Dalam Laci


Semalam baru perasan, sudah lama agaknya Siddhartha terperap dalam laci ketika saya melempar passport. Setelah pulang dari tugasan yang memenatkan.Mengikut tarikh buku ini dibeli pada 27 Julai 2007. Seingat , berkali-kali saya membeleknya sebulan selepas mendapatkannya. Tapi masih tersimpan di situ.Rasanya sudah lebih setahun.
Semalam saya membeleknya kembali, hanya membelek.

Siddhartha, mulanya saya sangka Siddhartha yang itu,yang diagung kawan-kawan saya, rupanya tidak, Siddhartha ini, Siddhartha lain.Tapi kedua-duanya sama, sama-sama haus, sama-sama lapar, sama-sama mencari, sama-sama tidak puas, sama-sama tinggal kemewahan, sama-sama tenggelam. Cuma Siddhartha yang itu tenggelam menjadi Buddha akhirnya. Yang menjadi pujaan kawan-kawan saya.

Siddartha ini, seperti yang ditulis di belakang buku,'' Siddhartha hampir berputus asa sehinggalah dia mendapat petunjuk di tebing sebatang sungai. Dia sedar ilmu boleh diajarkan tetapi bukan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya dapat dicapai melalui pengalaman hidup. Apakah yang ditemui Siddhartha?''

Hanya yang temui Siddhartha yang ini, hanya kesengsaraan, lenyap dalam diam,keluar balik,nafsunya, nafsu Kamala,kemewahan bak air mencurah, dan riak-riak air sungai.Hanya itu. Setelah sakit, setelah puas.Setelah tua.

Begitulah saya boleh kata tentang Siddhartha menurut barat, karya Hermann Hesse, orang Jerman ini,pemenang Nobel Prize--KELUAR,CARI,CARI,CUBA, PUASKAN DAN MENYESAL(ATAU KESIMPULAN).

Namun, suara kawan saya yang satu ini berdengung semula,''Ae, mu baca buku Buddha?''

2 comments:

Fitria Zulfa said...

Sidarta itu seperti sufi ya...?
Juga seperti Nabi Isa AS, mengembara... tidak punya rumah...

Dan tentang kebijaksanaan (hikmah) kata Nabi Isa AS (Noura baca di Ihya'nya al-Ghazali):

"Kebijaksanaan itu hanya bisa tumbuh dalam hati yang merendah seperti tanah..."

Kemudian, Nabi Isa ditanya, kenapa beliau bisa pintar (bijak) tanpa belajar?

Karena Beliau melihat "kebodohan" yang ada pada orang-orang lalu beliau menjauhinya...

Dan tentang Shidarta, mungkin saja dia itu seorang Nabi, di masa lampau... di Negeri Cina...hanya saja mungkin ajarannya sudah dirubah...dan Ia jadi diTuhankan... seperti ajaran Nabi-nabi yang lain...
Ya, mungkin saja...
Makasih..., Ae dah berkunjung ke blog Noura...(^-^)

Isma Ae Mohamad said...

Noura,
Sidarta tidak sama Nabi Isa AS dan nabi-nabi lain.Tidak sama sekali.

Ya, Sidartha juga mencari tapi, pencariannya tidak dipandu penunjuk dari-Nya yang Esa.

Ya, tentang kebijaksanaan dan kepintaran, Sidartha juga mengerti semua itu dengan terjun dan bersama dalam ''kebodohan'' itu bukan menjauhi ''kebodohan'' itu.

Noura, saya bukan Ustaz. Ha-ha-ha.