Ramai di kalangan teman-teman penulis dan jurnalis sangat meminati buah fikir Geonawan Mohamad, editor majalah Tempo itu, di ruangan catatan pinggir, termasuk saya juga.Paling tidak pun kenal akan beliau. Oh, sebenarnya saya ini hanya minat dengan gaya bahasa dan persembahan beliau saja, tidak lebih dari itu, bukan inti yang diketengahkan itu.
Saya antara pembaca boleh kata setia juga di ruangan catatan pinggir.
Memang Geonawan Mohamad penulis esai yang baik. Tentu beliau pembaca yang rakus, dan membuatkannya fasih berbicara ala barat. Untuk merenung nasib umat Indonesia. Sampai ada yang menanggap beliau 'petapa' Indonesia.
Namun begitu, 'pertapaannya' nampak masih belum dapat merungkai permasalahan umat Indonesia; dari korupsi berlingkar-lingkar, yang menjadi keidakimbangan ekonomi, keciciran pendidikan anak-anak; teroris makin menyubur; dan, dipandang rendah negara tetangga.
Mungkin 'kegagalan' ini berkait dengan inti yang cuba disuap itu, tidak sesuai untuk bangsa Indonesia. Bagaimana pemakan tempe bermimpi makan burger?
*Kita ini bukan bangsa tempe, tahu.
r: Buku kumpulan esai Geonawan Mohamad dari tahun 1960-2001.
5 comments:
Ae pa kabar novelnya?
udah dicetak belum?
Belum, sedang edit.
Kamu sudah siap untuk kawin?:)
Apa kabar ISMA? saya meminati tulisan kamu.
Kamu buat novel apa ya?
Isma, sudah sampai ke tahap novel... kamu sudah jauh lebih maju. Cemburu betul saya. Tentang Goenawan, selalu saya dengar tentang Catatan Pinggir yang masyhur ini, tetapi banyak kali bertemu buku koleksinya pun, tak sempat-sempat untuk pinjam/baca.
*Saya penggemar tempe
Novel,
Tuan, Saya sedang mempertimbang risiko yang saya akan hadapi bila diterbit nanti. Risikonya besar.
Kak, bahasa Geonawan agak bagus, boleh buat rujukan.Hanya bahasa.Intinya terlalu liberal.
Post a Comment