''Menurut mereka yang bicara sembunyi-sembunyi ada tujuh tembok ghaib mengelilingi Istana Presiden; semangat mahasiswa yang telah dicabut dan dipasak ke bumi, semangat nelayan yang telah dirantai ke tanah, semangat petani yang telah dbelenggu ke batu hitam muntahan gunung berapi, suara wartawan radikal yang hanyal layak mendindingi kaki bukit keliling istana, suara seniman tulen yang hanya cocok memagar keliling perkarangan, empangan darah para pembangkang, dan sederet laungan mangsa penyeksaan serta pembunuhan misteri.''
Ia kukuh mengelilingi Istana Presiden Republic of Ogonshoto. Sebuah negara pulau terletak jauh di lautan Pasifik. Memang anda tidak bertemu dengan negara tersebut jika diteliti di mana-mana peta. Ia sudah hancur lumat ditelan tsunami. Yang hanya kekal sampai hari ini; hanya naratif-naratif yang di ulang-ulang di cerita. Untuk tidak lenyap ia di bukukan menjadi Naratif Ogonshoto oleh Anwar Ridhwan.
Bunyi seperti benar. Itulah Dr. Anwar Ridhwan. Membangun sebuah pulau Ogonshoto untuk dicermin penduduk negaranya, Malaysia. Dengan itu Anwar bebas mewatak sikap presiden negara tersebut, baka anak haram Malagna yang menyusup masuk ke kapal dan berlayar ke Eropah.
''Bolehkah sepotong kain putih yang baru keluar dari rahim ibu, lantas dibersihkan, terus putih seperti asalnya, pada hal ia pun menyusu, merangkak di tanah, ke pantai serta ke laut dan belajar. Kata penulis-penulis biografi Presiden serta orang-orang arapatnya. Memang betul, kain sepotong itu . Nampak masih putih. Hanya lewat mata sejumlah kecil orang lain, kain itu telah begitu kotor dan busuk.''
Begitulah permainan Anwar Ridhwan yang meletakkan Naratif Ogonshoto antara karya Melayu terbaik dan memikat di abad ini. Walaupun ia dianggap kumpulan cerpen namun naratif yang berakar-akar dengan tingkah laku Presiden boleh menjadi buku ini sebuah novel.
Memang padanlah Anwar Ridhwan diumum sebagai sasterawan negara.
*''Mainan''cerpen yang saya paling minati.